Cari Blog Ini

Kamis, 24 September 2015

TENAGA EKSOGEN

Bentuk permukaan bumi kita yang memiliki beraneka ragam dengan segala fenomena yang berada di atasnya tidak semata-mata ditentukan oleh tenaga endogen saja. Ada bentuk tenaga lain yang turut mempengaruhi terjadinya perubahan bentuk permukaan bumi kita. 


Kita bisa melihat sebuah perubahan bentuk permukaan bumi kita dalam gambar diatas yang menunjukkan adanya perubahan sebelum dan sesudah bencana. Tenaga yang menyebabkan adanya perubahan tersebut bukan berasal dari gempa bumi atau gunung berapi meletus, melainkan berasal dari sebuah longsoran yang disebabkan oleh faktor dari luar permukaan bumi. Kenapa tanah tersebut bisa longsor ? menarik untuk dikaji lebih jauh lagi. 
Sebuah tanah menjadi longsor pasti memiliki proses yang cukup panjang, dan longsor disebabkan karena adanya bantuan energi dari luar permukaan bumi bisa berupa air atau salju atau yang lain nah inilah yang akan kita kenal dengan istilah eksogen. 
Dalam tenaga eksogen kita akan mengenal istilah Pelapukan, Pengikisan dan Pengendapan. Inilah rangkaian proses yang terjadi dalam tenaga Eksogen yang akan dihubungkan dengan peristiwa diatas.
a. Pelapukan [weathering] merupakan salah satu kegiatan penghancuran batuan oleh karena faktor fisis, biologis dan juga kimiawi. Jika kita coba hubungkan dengan gambar diatas dapat ditarik sebuah hubungan bahwa telah terjadi banyak sekali pelapukan yang menyebabkan penghancuran batuan menjadi butiran tanah yang lebih kecil. Massa batuan yang besar telah berubah menjadi butiran yang lebih kecil, ringan dan mobile sifatnya. Ketika ada gerakan air, angin atau yang lain menyapu lapisan tanah ini maka akan berpindah tempat. Longsor diatas mungkin disebabkan batuan di wilayah tersebut mudah terkena panas, mudah terkena air hujan, mudah terkena suhu dingin dan panas, sehingga mudah pecah dan melapuk. Hal ini terjadi karena penutup lahan berupa vegetasi kurang, ditambah lagi lereng memang sangat curam.

Pelapukan fisis terjadi saat batuan pecah karena terpapar panas, dingin, hujan yang akhirnya membuat batu tersebut rapuh dan pecah. Kombinasi situasi yang ekstrem bisa memicu pecahnya batuan. 
Pelapukan biologis terjadi ketika aktivitas hewan atau manusia membuat batuan pecah misalnya ketika hewan menginjak batu yang kemudian pecah.
Pelapukan kimia menyebabkan batuan juga mudah pecah, misal ketika terjadi hujan asam yang mengandung senyawa kimia dapat membuat batu melapuk dan pecah atau enzim dari sebuah akar tanaman turut membuat batuan pecah.

b. Pengikisan/Erosi [erosion] setelah batuan melapuk dan menjadi butiran kecil maka jika terjadi hujan dapat terjadi perpindahan material hasil dari pelapukan diatas oleh karena adanya dorongan air tersebut. Selain air, angin, salju atau yang lain di permukaan bumi kita juga dapat menjadi energi yang membantu pengikisan. Pengikisan jika terjadi terus menerus maka menyebabkan banyaknya volume material yang terangkut mengalami perpindahan lokasi sehingga nantinya dapat mempengaruhi bentuk permukaan bumi di wilayah tersebut.

Pinggiran sungai yang tanahnya terkikis oleh aliran sungai sehingga sungai semakin melebar
Abrasi air laut juga membuat daratan pantai menjadi berkurang karena terkikis
Aliran sungai di Grand Canyon dapat berubah arah karena adanya pengikisan oleh air
c. Pengendapan/Sedimentasi [sedimentation] merupakan peristiwa mengendapnya material hasil pelapukan yang dikirim oleh peristiwa pengikisan ke suatu tempat dan membentuk tampilan permukaan bumi baru. Contohnya adalah pembentukan delta di muara sungai terbentuk akibat akumulasi tanah yang terbawa oleh pengikisan dan mengendap diam di muara sungai. Kembali ke kasus longsor diatas maka setelah mengalami pengkisan material tanah longsor akan mengendap di dasar cekungan longsor dan menjadi bentukan lahan baru.

Delta sungai Nil di Mesir yang menjadi lahan subur bagi tumbuhnya kota dan lahan pertanian di Afrika Utara

Dari seluruh uraian tentang pelapukan, pengikisan dan pengendapan kita melihat bahwa terdapat hubungan antar peristiwa tersebut. Pengendapan tidak akan terjadi jika tidak ada pengikisan, dan pengikisan tidak akan terjadi jika tidak terjadi pelapukan. Dan ketiga peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang. Tenaga eksogen sendiri yang sifatnya pda dasarnya merusak, ternyata memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam kita ini. Tenaga Endogen bersifat membangun sedangkan eksogen bersifat merusak, dengan kombinasi inilah keseimbangan bentuk alam terjadi. Bisa dibayangkan sebuah gunung akan mengalami pertumbuhan tinggi terus menerus karena endogen maka tenaga eksogen akan membantu mengikisnya sehingga pertumbuhan yang terjadi dalam batas wajar.

Lalu apa saja dampak yang dirasakan jika tenaga eksogen ini terjadi secara berlebihan ? Perilaku hidup manusia saat ini sudah sering melupakan hakikat alam sebagai ruang hidupnya. Manusia sering membangun kepentingannya tanpa melihat faktor alam. Contoh yang terjadi adalah kasus banjir di Jakarta yang sering kali terjadi. 


Banjir ini dapat terjadi karena kelalaian kita semua. Sesuai dengan prinsip hukum alam bahwa air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Maka bisa kita hubungkan antara banjir Jakarta dengan kondisi wilayah di daerah selatan Jakarta yang relatif lebih tinggi sebagai pemasok utama air sungai di Jakarta.

Wilayah puncak Bogor Cianjur merupakan wilayah penyangga air bagi Jakarta, wilayah ini menjadi area tangkapan air hujan yang sangat penting bagi ketersediaan air tanah. Wilayah ini dulunya dipenuhi tanaman dan area terbuka bebas. Namun akhir-akhir ini wilayah ini penuh sesak dengan pemukiman baru yang digunakan sebagai area wisata atau resort bahkan kompleks pemukiman. Hal ini menimbulkan dampak yang begitu besar bagi kuantitas air hujan yang mampu ditangkap untuk menjadi air tanah. Selain itu berkurangnya vegetasi di kawasan ini membuat wilayah ini rawan akan bahaya longsor.


Area yang tadinya lahan terbuka bebas berisi vegetasi, saat ini banyak digantikan oleh pemukiman yang terbuat dari beton dan semen yang efeknya mengurangi luas lahan terbuka bebas sehingga air hujan mengalir menjadi air permukaan bukan menjadi air tanah. 
Air permukaan ini akan masuk ke sungai dan mengalir menuju Jakarta untuk menjadi banjir. Pada saat lahan berisi vegetasi, maka air dapat meresap dengan baik ke tanah menjadi cadangan air tanah yang akan diolah sebagai air minum, namun ketika hanya menjadi air permukaan lalu menuju ke sungai maka air tersebut hanya akan mengalir ke laut. 


Oleh karena itu vegetasi dan lahan terbuka hijau di area selatan Jakarta seharusnya tetap dipertahankan. Tempat wisata seperti resort, villa bahkan perumahan seharusnya diperhatikan ijinnya secara ketat, dan tidak bisa sembarangan sehingga ketika wilayah ini dikembangkan tetap tidak merusak keseimbangan lingkungan yang telah ada yang ujung-ujungnya bisa marugikan kita sendiri sebagai manusia. 
Untuk mengurangi dampak banjir maka pemerintah bersama masyarakat harus mengembalikan lagi fungsi kawasan tangkapan hujan di selatan Jakarta ini seperti semula, dengan membongkar villa yang tidak memiliki ijin resmi, melakukan penanaman kembali hutan dan tanaman, serta memperbaiki perilaku warga agar tidak membuang sampah sembarangan di sungai yang menyebabkan pengendapan sampah dan pendangkalan sungai. 


Tidak ada komentar: