Cari Blog Ini

Sabtu, 19 September 2015

PENGANTAR GEOGRAFI

Geografi merupakan salah satu ilmu yang menarik untuk dipelajari [Geo yang dalam bahasa Yunani artinya Bumi dan Graphein yang artinya tulisan]. Ilmu geografi merupakan kesatuan ilmu yang memberikan fokus pada bumi sebagai obyek kajian, selain itu ada manusia dan penghuni bumi yang lain juga masuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam ilmu Geografi. Bumi sebagai lingkungan fisik dan segala penghuninya baik manusia, hewan dan tumbuhan melakukan interaksi satu sama lain dan bersifat saling mempengaruhi.

 
Contoh yang terjadi misalnya ketika perilaku manusia ingin mencari keuntungan dengan melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan perkebunan, menimbulkan dampak yaitu pencemaran udara yang menyebabkan gangguan bagi lingkungan dan manusia itu sendiri [Manusia mempengaruhi alam]

Atau sebaliknya ketika gunung api meletus dahsyat, terdapat dampak yang menyebabkan adanya arus migrasi manusia ke tempat yang lebih aman atau mempengaruhi pola hidup baru masyarakat lereng gunung [Alam mempengaruhi manusia].

Hal inilah yang kita sebut sebagai Interaksi. Interaksi inilah yang menjadi inti kajian dalam Geografi nantinya. Dalam mempelajari bumi dan segala isinya, ilmu Geografi memiliki beberapa pendekatan yang berbeda dengan ilmu yang lain, pendekatan tersebut diantaranya adalah :

Pendekatan Keruangan > Ruang adalah permukaan bumi atau bagian dari permukaan bumi dimana unsur fisik dan unsur manusia tersusun secara teratur. Karena bumi digunakan sebagai ruang hidup kita, maka kita melihat ruang tersebut terlebih dahulu sebagai acuan dasar dalam memecahkan suatu permasalahan atau melihat fenomena. Seluruh gejala dan fenomena yang terjadi di dalam ruang akan dilihat dengan berbagai cara. Manusia dalam hal ini, hidup berdampingan dengan kondisi fisik bumi dalam kehidupannya. 

Contoh : Pemandangan desa di Jawa Tengah ini menunjukkan bahwa manusia hidup berdampingan dengan fisik bumi. Walaupun medan desa ini tergolong terjal dengan tingkat kemiringan lereng yang tinggi, namun warga desa tetap mampu menyesuaikan posisi bangunan mereka dan hidup nyaman di lingkungan tersebut. Profesi mereka pun memanfaatkan lahan di kawasan gunung tersebut sebagai petani sayur maupun perkebunan. 

 

Contoh : Manusia juga mampu hidup di sepanjang aliran sungai, bentuk kawasan pemukimannya mengikuti pola aliran sungai yang ada, bangunan pun didesain memiliki penyangga sehingga mampu menempatkan hunian di fenomena alam ini dan para warga juga merasa nyaman tinggal di kawasan tersebut.

 

Contoh : Masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai membuat bangunan semi permanen karena profesi mereka sebagai nelayan dan dekat dengan lokasi mata pencaharian mereka. Mereka juga merasa nyaman tinggal di kawasan tersebut.

Dari contoh contoh tersebut terdapat hubungan menarik misalnya antara masyarakat yang tinggal di kawasan pantai dengan profesi dan juga tradisi adat budaya mereka, dan apa yang terjadi di ruang hidup pantai tersebut akan jauh berbeda dengan tradisi budaya dan profesi masyarakat yang menempati wilayah pegunungan. Arti dalam contoh tersebut dikatakan ruang hidup manusia telah memiliki pengaruh terhadap pola aktivitas maupun budaya manusia sebagai penghuninya.


Jika berbicara lebih jauh mengenai Keruangan maka di dalam konteks RUANG akan terdapat PROSES, STRUKTUR dan POLA di dalamnya 

Pada bagian PROSES terdiri dari aspek Spatial Context, Movement [Gerakan] dan Time [Waktu]. Apa saja makna hal-hal tersebut dalam arti konkritnya ? 

Spatial Context mengacu kepada hubungan yang terjadi di dalam ruang oleh penghuni ruang [manusia] dengan lingkungan fisiknya. Dalam hal ini terdapat 3 pola hubungan yang terjadi yaitu 

a. Lingkungan Fisik dengan Lingkungan Fisik > misalnya ketika di kawasan pegunungan terjadi hujan lebat dan menyebabkan adanya pengikisan tanah dan batuan karena hujan tersebut menjadi butiran halus pasir [Fisik bumi menyebabkan peristiwa fisik lainnya] lalu endapan tersebut mengalir ke sungai dan mengalir ke kawasan dataran yang lebih rendah sehingga sungai sungai di perkotaan mengalami pendangkalan.


b. Lingkungan Fisik dengan Manusia > Adanya hubungan mempengaruhi tersebut diatas kemudian memiliki dampak dimana pendangkalan sungai menyebabkan kondisi sungai di perkotaan menjadi dangkal dan tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan manusia, sehingga timbullah beberapa manusia memanfaatkan situasi itu untuk mengambil rejeki untuk dijadikan tambang sumber bahan galian seperti pasir sungai.

 

c. Manusia dengan Manusia > Semakin maraknya penambangan pasir ini juga pada akhirnya memancing reaksi dari masyarakat lainnya yang memiliki anggapan dapat merusak lingkungan, karena tambang pasir dilakukan secara sembarangan dan tidak memperhatikan aspek lingkungan lain. Hal ini memicu timbulnya perselisihan antar masyarakat dimana ada yang pro dan kontra dan bukan tidak mungkin terjadi konflik atas tambang pasir ini. 


Movement > Elemen ini mengacu pada adanya pergerakan di dalam ruang yang dilakukan baik oleh fisik alam maupun manusia sebagai penghuninya. Jika kita mengacu kepada contoh Pasir diatas tampak adanya pergerakan dan perpindahan elemen fisik bumi berupa endapan dari hasil pelapukan dan erosi di kawasan pegunungan yang kemudian berpindah lokasi menuju ke dataran rendah mengikuti pola aliran sungai yang terbentuk. Lalu dari aspek manusia kita juga dapat melihat adanya pergerakan manusia yang awalnya biasa saja melihat endapan pasir namun kemudian mulai bergerak mendekati sungai dan menambang apsir tersebut.

Time > Elemen waktu tampak dalam contoh diatas dimana pelapukan dan pengikisan batuan yang terjadi di wilayah pegunungan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Batuan akan terkikis jika setiap hari terpapar oleh air dan sinar matahari yang ekstrim sehingga pelan pelan rapuh. Dalam hal ini maka di dalam sebuah PROSES interaksi di dalam ruang diperlukan elemen waktu. Demikian pun ketika butiran endapan ini menuju dataran rendah dari pegunungan juga memerlukan waktu dari satuan jam hingga satuan hari sampai menuju lokasi dataran rendah tersebut.

STRUKTUR > Jika kita kembali melihat kasus kejadian seperti contoh diatas maka kita dapat menarik sebuah kesimpulan sederhana bahwa di dalam sebuah PROSES keruangan akan menghasilkan STRUKTUR keruangan yang baru, apalagi jika kita lihat dalam perbedaan dimensi waktu. 

Contoh selanjutnya adalah ketika masyarakat saling klaim akan penambangan pasir mereka dan terjadi konflik maka timbulah kesepakatan dan aturan baru mengenai tata cara menambang pasir sungai. Akhirnya negara melalui pemerintah Daerah menetapkan kawasan kawasan yang boleh diambil pasirnya dan yang tidak boleh diambil pasirnya. 


Penataan kawasan ini menjadi bagian utama dari STRUKTUR keruangan karena kawasan ini mulai ditata supaya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang luas dan tidak mengganggu kehidupan masyarakat lainnya. Dalam hal ini ada penataan baru untuk kawasan hunian, kawasan perdagangan termasuk kawasan penambangan yang telah menjadikan daerah ini memiliki STRUKTUR kota yang baru yang berbeda dengan di masa lampau.

 

POLA > Jika menurut contoh diatas telah terbentuk sebuah STRUKTUR penataan kota yang baru karena adanya permasalahan tambang pasir tersebut maka dari STRUKTUR yang baru tersebut akan muncul juga POLA baru, baik dari tambang tambang pasir maupun pemukiman pemukiman penduduk atau kawasan komersial di kota sebagai dampak dari penataan STRUKTUR tersebut. 

Contohnya pola pemukiman yang sebelumnya acak bisa menjadi merata karena adanya pelarangan pembuatan pemukiman sembarangan. Atau penambangan pasir yang tadinya tersebar secara acak kemudian malah menjadi mengumpul teratur karena sudah ditata oleh aturan Pemerintah Daerah.


Pendekatan Ekologis atau Lingkungan > Lingkungan adalah bentuk interaksi antara organisme hidup [Manusia, hewan, tanaman] dengan lingkungan fisiknya [tanah, air, udara] di dalam sebuah ruang hidup bersama. Manusia sebagai penghuni dari bumi selain melakukan interaksi dengan ruang fisik sebagai wilayah hidupnya, juga melakukan interaksi dengan lingkungannya. Misalnya ketika masyarakat yang berada di wilayah dataran rendah melakukan pengolahan lahan dengan mengoptimalkan tanaman seperti padi, jagung atau tebu sebagai varietasnya karena tanaman ini memang cocok dikembangkan di wilayah tersebut. Sedangkan masyarakat yang berada di kawasan pantai akan mengelola lahan mereka dengan menanam tanaman seperti buah naga atau bakau, karena memang tanaman tersebut cocok untuk kawasan tersebut. Pendekatan yang dilakukan oleh manusia adalah menentukan varietas tanaman apa yang dapat dikembangkan di kawasan-kawasan yang berbeda tersebut sehingga dapat membentuk satu kawasan ekologi yang serasi.Penanaman tanaman yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan tidak akan membentuk kawasan ekologi yang baik.

Penanaman Bakau di kawasan pesisir untuk mengurangi intrusi dan abrasi

Penanaman Buah Naga di kawasan pesisir 


Jika melihat contoh diatas maka aspek aspek yang perlu dipertimbangan sebagai bagian dari pendekatan Ekologi antara lain :

1. Aspek Fisik Tanah > Tanah memegang peranan penting dalam melihat sebuah lokasi. Jenis tanah perlu diketahui untuk dasar kita menentukan penggunaan lahan tersebut di masa mendatang. Kawasan yang memiliki kesuburan tanah yang tinggi sebaiknya tidak digunakan untuk kawasan industri misalnya melainkan digunakan untuk kawasan pertanian atau perkebunan sehingga menghasilkan produktivitas lahan yang tinggi.

2. Aspek Fisik Kontur Lahan > Bumi secara morfologi memiliki kontur yang beraneka ragam dan tidak rata. Ada bagian permukaan bumi yang tinggi dan ada bagian permukaan bumi yang rendah bahkan sangat rendah dan dalam. Hal ini menjadi salah satu aspek yang juga penting dalam membuat keputusan terkait dengan kajian sebuah lokasi. Daerah dengan kontur yang rata akan cocok digunakan sebagai area pemukiman atau pertanian dibandingkan wilayah yang terjal atau memiliki sudut kemiringan tinggi. Jika pun manusia memaksakan menggunakan area terjal dan miring untuk kepentingannya maka manusia pasti akan melakukan rekayasa teknologi agar dia bisa membangun kawasan tersebut.

 

Contohnya petani di desa desa yang memiliki lereng curam, membuat teknik Terasering agar lahan padinya bisa dibuat di wilayah yang berlereng miring atau juga masyarakat di pegunungan akan membuat pondasi yang berbeda ukuran agar diperoleh keseimbangan posisi ketika berada di wilayah yang miring sehingga villa mereka di pegunungan bisa tetap dibangun.

3. Aspek Fisik Air > Air dalam kehidupan manusia juga sangat berperan penting dalam menunjang kehidupan.  Dari jaman pra sejarah hingga jaman sejarah diketahui bahwa naluri dasar manusia adalah hidup mendekati sumber air. Banyak bukti juga mengungkapkan bahwa peradaban kuno selalu dibangun mendekati sungai besar dan laut demi kepentingan mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar yaitu pasokan air. 

Dalam sebuah perencanaan lokasi maka perlu dilihat bagaimana kualitas air di wilayah tersebut. Hal ini penting sebab dengan kualitas air yang buruk maka kawasan tersebut tidak dapat digunakan untuk kawasan pemukiman misalnya, melainkan kawasan industri. Di kawasan pesisir yang airnya payau maka hotel hotel dan hunian di pinggir pantai perlu strategi pengolahan air payau untuk mencukupi kebutuhan air tawarnya. 

 

Juga aspek ketersediaan air menjadi hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya ketika mendirikan kawasan perumahan ternyata cadangan air tanahnya sedikit dan cukup dalam, sehingga masyarakat tidak mau menghuni kawasan tersebut. Banyak kawasan perumahan yang ditinggal pemiliknya karena akses mendapatkan air bersih sangat sulit, sehingga mereka menjual rumah mereka dan pindah ke perumahan lain yang lebih mudah dan bagus air bersihnya.

4. Aspek Fisik Udara > Udara adalah mutlak bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, dimana tersedianya udara yang bersih dan sehat akan membuat manusia dan makhluk hidup lain nyaman dalam ruang hidupnya. Hal ini tentunya terkait dengan kesehatan manusia dan makhluk hidup dalam jangka panjang. Kebutuhan akan udara bersih menjadi salah satu aspek penting dalam sebuah kajian lokasi. Jika suatu wilayah memiliki kualitas udara yang baik maka banyak hal bisa dikembangkan di wilayah tersebut baik untuk pemukiman, peternakan, pertanian atau bahkan pariwisata. 

Kemudian sinar matahari juga memegang peranan penting kajian suatu lokasi. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak masyarakat dunia menganggap wilayah tropis merupakan surga dunia, karena pola cuaca yang ada di tropis cukup stabil dimana penyinaran matahari bisa mencapai 12 jam sehari. Walaupun suhu udaranya panas, namun tidak pernah terjangkau oleh badai badai besar seperti yang terjadi di wilayah beriklim Sub tropis atau Dingin. Banyak wisatawan dari Eropa dan Amerika atau wilayah dingin di utara yang melakukan perjalanan wisata karena menghindari suhu udara dingin di wilayahnya dan mencari kehangatan di wilayah tropis. 

Ada juga fenomena bagaimana masyarakat di utara Filipina harus membuat rumah yang terbuat dari batu sungai bukan batu bata karena setiap tahun diterjang angin Badai sebanyak 20x. Karena adanya gangguan udara seperti inilah maka mempertimbangkan aspek udara dalam kajian lokasi menjadi penting dalam kita menentukan sebuah lokasi itu strategis atau tidak, baik atau tidak dan menentukan penggunaan lahan apa yang tepat buat lokasi itu. Sehingga bisa juga pertimbangan pola cuaca dijadikan potensi wisata bagi daerah tropis ini dalam menarik wisatawan dari daerah non tropis ketika mengalami gangguan musim.


Kemudian fenomena di udara lain yang cukup penting adalah curah hujan. Di beberapa wilayah yang tingkat curah hujannya cukup tinggi memiliki resiko bencana lebih tinggi dibanding yang wilayahnya curah hujannya normal atau rendah. Penting untuk diperhatikan ketika melihat sebuah lokasi karena curah hujan terkait dengan volume air yang dihasilkan di daerah tersebut sehingga berpengaruh juga terhadap strategi hidup manusia disana. Wilayah dengan curah hujan berlebihan tidak cocok dijadikan lahan pertanian padi misalnya karena berlimpahnya air justru membahayakan kualitas beras dan padinya. Sebaliknya, wilayah dengan curah hujan yang sedikit juga akan merugikan petani karena pasokan air berkurang maka hasil pertanian juga akan jelek.   

5. Aspek Non Fisik Vegatasi > Vegetasi merupakan bagian makhluk hidup penghuni bumi yang telah ada sejak sebelum manusia hadir. Vegetasi memegang peranan penting untuk kajian lokasi geografis karena vegatasi dapat menentukan pasokan sumberdaya pangan dan non pangan lain yang bisa dikelola oleh manusia nantinya. Contohnya ketika manusia membuat pertimbangan ingin mempercantik sebuah kawasan wisata misalnya, mereka akan mempertimbangkan tanaman apa saja yang mampu hidup di lingkungan tersebut sehingga tanaman itu yang akan dibudidayakan.

Contoh lainnya adalah ketika melakukan kajian tentang pemilihan lokasi perkebunan maka perlu dipertimbangkan apa saja jenis tanaman perkebunan yang cocok bagi kawaan tersebut, sehingga ketika diolah lahan tersebut dengan tanaman menjadi efektif dan berdaya guna.

 

6. Aspek Non Fisik Satwa > Satwa juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang hadir di dunia bahkan sebelum manusia ada. Satwa atau hewan menjadi bagian penting dalam ruang hidup manusia yang juga cukup menunjang pemenuhan kebutuhan manusia. Analisa aspek satwa dalam kajian lokasi juga menjadi hal penting di dalam melihat potensi wilayah tersebut. Jika di suatu daerah banyak memiliki satwa liar dan ganas misalnya maka wilayah tersebut bisa digunakan sebagai Cagar Alam atau area wisata terbatas bukan sebagai area pertanian atau perkebunan atau bahkan pemukiman. Contohnya di Kenya dan Tanzania banyak membuat wisata alam liar karena banyaknya populasi hewan liar dan cagar alam disana.

 

Jika di wilayah tersebut di dominasi oleh hewan hewan domestik seperti ayam, anjing, kucing, kambing maka bisa dikembangkan untuk kawasan hunian karena tidak mengganggu dan beresiko. Jika di wilayah tersebut banyak terdapat hewan Sapi, Kerbau, Domba atau Kambing maka bisa dijadikan area peternakan yang produktif seperti halnya di Nusa Tenggara Timur atau Australia dan Selandia Baru.


Pendekatan Kompleks Wilayah > Pendekatan ini menelaah gejala atau fenomena dengan menggunakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Memahami fenomena tidak hanya melihat sisi keruangan saja [seperti hanya mengetahui jaraknya, pola yang terbentuk, tempat, aksesibilitasnya] melainkan dikombinasikan dengan unsur ekologi yang terbentuk di ruang / lokasi tersebut. Dengan adanya kombinasi tersebut maka suatu wilayah akan dikaji dengan pengertian Area Differentiation. Maksudnya adalah setiap fenomena di suatu wilayah akan memiliki peran penting bagi wilayah lain dengan adanya perbedaan diantara mereka, sehingga perbedaan tersebut akan menimbulkan adanya proses Permintaan dan Penawaran. 

Contohnya Kota Balikpapan memiliki potensi sumberdaya Migas yang cukup besar di Indonesia, sehingga Balikpapan mampu memberikan penawaran sumberdaya alam tersebut bagi daerah lain. Namun di satu sisi lainnya Balikpapan memiliki permintaan yang besar akan beras karena lahannya tidak subur. Makasar adalah kota yang berada di seberang Balikpapan yang memiliki keunggulan kesuburan tanah yang tinggi, sehingga kota ini mampu menyediakan penawaran padi dalam jumlah yang besar, namun untuk sektor energi kota ini memiliki permintaan yaitu harus membeli migas dari daerah lain. Jika kedua kota ini bertemu maka terjadilah proses komplementer [saling melengkapi] antara penawaran dan permintaan keduanya.



Pendekatan ini menjadi sangat penting jika kita mengaplikasikan dalam kegiatan Regional Forecasting dan Regional Planning yaitu ketika manusia melakukan perencanaan dan perancangan suatu lokasi pemukiman baru atau transmigrasi.

Contoh lain ketika manusia akan membuat konsep hunian baru di suatu lokasi seperti lokasi transmigrasi misalnya, maka langkah-langkah yang dia lakukan antara lain.
1. Pendekatan Keruangan akan melihat bagaimana kondisi alam di lingkungan yang akan dibangun, seperti persebaran lokasi sumber air, persebaran kesuburan tanah, luas wilayah yang akan dibangun, jarak dengan lokasi lain.


2. Pendekatan Ekologis yang dilakukan antara lain melihat kesiapan masyarakat yang akan dipindahkan, karena memindahkan manusia harus diiringi kemauan dan kehendak dari manusia itu sendiri. Kemudian melihat verietas tanaman apa yang mudah dikembangkan dan cocok dengan wilayah tersebut nantinya, karena manusia hidup di wilayah yang baru pasti membutuhkan makanan, sehingga di lokasi tersebut manusia nantinya harus mengelola lahan untuk memperoleh pasokan makanan bagi hidupnya. Kemudian harus juga diperhitungkan hewan domestik hingga ternak yang cocok dikembangkan di area tersebut untuk menopang kehidupan mereka. Dengan kata lain maka manusia harus dapat menciptakan ekosistemnya sendiri guna mempertahankan kelangsungan hidupnya.




3. Pendekatan Kompleks Wilayah > Setelah melakukan berbagai pendekatan tersebut diatas, maka saatnya menentukan lokasi yang tepat bagi pemukiman yang diinginkan dengan melihat perpaduan yang telah dikaji tersebut baik secara keruangan dan ekologi, lalu memperhitungkan lokasi bagi fasilitas pendukung seperti keberadaan rumah sakit, tempat ibadah, pasar, terminal dll. Dari kegiatan ini tercipta suatu lingkungan kehidupan baru yang kompleks dimana setiap unsurnya saling berinteraksi dan berhubungan.

 Peta perencanaan suatu wilayah hunian baru yang memuat banyak sekali aspek yang harus diperhitungkan

Dari langkah-langkah yang telah ditempuh tersebut maka kita dapat melihat sebenarnya, betapa sulitnya ketika manusia ingin mengembangkan sebuah wilayah hunian baru untuk dikembangkan. Perencanaan yang dilakukan tidak bisa sembarangan, melainkan harus terstruktur, terintegrasi dan terukur, karena ketika ingin mengembangkan suatu kawasan, kita tidak hanya memikirkan bagaimana teknis sebuah rumah atau gedung dibangun, melainkan kita juga berhubungan dengan manusia sebagai penghuninya yang memiliki perasaan, kehendak dan kemauan yang beraneka ragam. Lalu hal itu berhubungan pula dengan tanaman atau hewan sebagai penopang kehidupan manusia tersebut kelak.Sehingga kombinasi manusia, tanaman dan hewan harus menciptakan kondisi ekosistem yang saling berinteraksi dengan baik demi keberlangsungan hidupnya. 

Lingkungan pedesaan di lereng gunung yang asri dan harmonis

Tidak jarang kita menjumpai suatu wilayah yang kosong tidak dihuni atau bahkan ditinggalkan oleh penghuninya, hal ini dapat terjadi karena kurangnya perencanaan yang matang ketika tempat ini hendak dijadikan lokasi hunian. Mungkin aspek keruangan kurang dilihat misal : Kondisi air yang buruk, jarak antar wilayah subur yang jauh, bentuk kondisi lahan yang sulit seperti lereng terjal atau rawa. 

Wilayah yang sangat kering seperti ini berpotensi dtinggalkan penduduknya

Atau mungkin kondisi ekologi gagal tercipta misalnya ketika petani selalu gagal menanam padi karena ternyata lahannya tanah gambut, atau ingin mengusahakan peternakan namun rumput yang ada jenisnya tidak cocok bagi sapi atau kambing miliknya. Maka di dalam aspek ekologi manusia perlu memperhatikan bukan hanya unsur non fisik nya saja namun unsur fisiknya juga memiliki pengaruh kuat terhadap pertimbangan lokasi.

Ternak mengalami kelaparan karena tidak mendapatkan makanan yang sesuai

Pertentangan sosial etnis manusia juga memicu adanya migrasi sehingga mereka pindah lokasi karena merasa tidak cocok hidup dengan etnis lain. Situasi ekologi yang nyaman bukan saja tercipta antara manusia dengan hewan atau tumbuhan melainkan manusia dengan manusia yang lain sebagai penghuninya. Atau karena lokasi tersebut tidak memiliki keunikan dalam hal sumber daya atau yang lain sehingga interaksi dengan wilayah lain tidak saling membutuhkan bahkan saling bersaing. Juga misalnya adanya bencana alam yang tidak terprediksi sehingga menimbulkan siklus bencana yang akhirnya masyarakat tidak mau lagi tinggal di wilayah tersebut.

Konflik sosial menimbulkan kegelisahan yang akhirnya mendorong manusia pindah lokasi tempat tinggal

 Kota yang ditinggalkan penghuninya

Dari telaah materi yang ada maka dapatkah anda melakukan analisa bagaimana peran ilmu Geografi dan pendekatannya dalam melihat sebuah fenomena atau masalah ?
  
      


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kasih utk info nya